Pendidikan Berbasis Lingkungan: Sekadar Wacana atau Sudah Jadi Kenyataan?
Pendidikan berbasis lingkungan udah lama jadi bahasan di dunia pendidikan. Konsepnya slot gacor gampang menang sih keren—bikin siswa lebih peka terhadap alam, belajar dari sekitar, dan tumbuh jadi generasi yang peduli lingkungan. Tapi pertanyaannya: ini cuma wacana doang yang dibahas di seminar, atau udah benar-benar diterapin di sekolah-sekolah?
Sekolah dan Alam: Masih Jauh atau Sudah Dekat?
Banyak sekolah yang udah mulai ngenalin program peduli lingkungan, kayak tanam pohon bareng, daur ulang sampah, atau bersihin sungai. Tapi kadang itu cuma jadi acara seremonial, bukan bagian dari budaya belajar sehari-hari. Padahal esensi dari pendidikan berbasis lingkungan itu bukan cuma kegiatan fisik, tapi masukin nilai-nilai cinta bumi ke dalam pelajaran, cara berpikir, sampai kebijakan sekolah.
Baca juga: Sekolah Ramah Lingkungan? Liat Dulu, Beneran Hijau atau Cuma Buat Foto Sosmed?
Masih banyak juga sekolah yang sibuk ngejar kurikulum akademik doang, sementara lingkungan sekitar malah gak dijadikan media belajar. Padahal, belajar langsung dari alam bisa ngasih pengalaman yang lebih nempel daripada sekadar baca buku atau nonton video.
Tanda Pendidikan Berbasis Lingkungan Sudah Jalan atau Masih Setengah Hati
-
Ada pelajaran yang eksplisit kaitannya sama isu lingkungan
-
Kegiatan di luar kelas dilakukan rutin, bukan cuma saat ada lomba
-
Sekolah punya sistem pengelolaan sampah yang jelas
-
Siswa dilibatkan dalam program kebun atau penghijauan
-
Guru aktif ngajak diskusi soal krisis iklim, polusi, dll
-
Sekolah punya kebijakan hemat energi dan air
-
Kolaborasi sama komunitas lokal buat jaga lingkungan sekitar
Kalau hal-hal di atas belum jalan maksimal, bisa dibilang pendidikan lingkungan masih setengah jalan. Masih jadi agenda di atas kertas, belum meresap jadi gaya hidup belajar yang berkelanjutan.
Jadi, pendidikan berbasis lingkungan itu udah ada jalannya, tapi banyak yang masih sekadar formalitas. Padahal, ini momen penting buat ngejembatani antara teori di kelas dan realitas bumi yang makin kritis. Gak cukup cuma tahu soal perubahan iklim, siswa juga harus diajak buat jadi bagian dari solusi. Dan itu cuma bisa terjadi kalau sekolahnya berani ngerombak cara ngajarnya, bukan cuma dekor kelas pakai tanaman